Dewantara M Z
Mungkin
tak seorangpun warga Sipil ’91 yang menduga, bahwa temannya adalah seorang
pemandu bakat. Tentunya tak akan asing lagi nama-nama seperti Tamara
Bleszinski, Ikke Nurjanah, Desy Ratnasari dan Kaum sinden pada umumnya adalah
hasil dari tangan dinginnya. Nama-nama tersebut menghiasi skripsinya untuk
lembar ucapan terima kasih. Sedang artis-artis yang lain tidak mungkin disebut
satu persatu saking banyaknya. Hanya saja itu bisa dideteksi bila masuk kamar
kostnya di Benteng House. Penuh gambar gadis-gadis binaannya.
Dialah
Dewantara M Zahishah, si pemandu bakat itu. Tapi untuk urusan kegiatan
sampingannya ini, dia selalu merahasiakan untuk kalangan tertentu, khususnya
Dosen Pembimbingnya, Pak Wisnumurti
Suatu
saat Beliau main ke tempat kostnya untuk pinjam suatu pemrograman komputer
(bayangkan, betapa intens hubungan mahasiswa-dosen!!). Tapi dia meminta salah
seorang teman dekatnya, Diediek, untuk memegangi tangan pak Wisnu biar tidak
masuk ke kamarnya, karena akan ketahuan siapa dia sebenarnya.
Tapi sepandai-pandainya tupai melompat, namanya tetap tupai, dia kecolongan. Waktu itu sedang kuliah Lapangan Terbang, asuhan pak Ibnu Rubianto. duduk di depan. Mr Dosen sedang tidak membawa buku, maka pinjamlah dia ke Dewan. Apa yang terjadi??? Ternyata dia membawa gambar salah seorang anak asuhnya yang berswimsuit dengan pose....nggak ku…ku……deh. Sejak itulah dia oleh teman-temannya dikenal sebagai pencari bakat (???? atau pemgumpul gambar daun muda.....)
Tapi sepandai-pandainya tupai melompat, namanya tetap tupai, dia kecolongan. Waktu itu sedang kuliah Lapangan Terbang, asuhan pak Ibnu Rubianto. duduk di depan. Mr Dosen sedang tidak membawa buku, maka pinjamlah dia ke Dewan. Apa yang terjadi??? Ternyata dia membawa gambar salah seorang anak asuhnya yang berswimsuit dengan pose....nggak ku…ku……deh. Sejak itulah dia oleh teman-temannya dikenal sebagai pencari bakat (???? atau pemgumpul gambar daun muda.....)
Doi
yang satu ini mengaku dirinya Lahir di kota indah bernama JEMBER pada tanggal
22 Desember 1972 sebagai anak ke dua dari empat bersaudara. Dengan nama
panggilan De Em, Tetapi doi lebih
sering memproklamirkan dirinya sebagai De Em Zet (Dead Man Can’t Dance) atau
Glenn atau samaran yang lain (maklum, takut dikejar-kejar nyamuk pers).
Teman-teman wanitanya sering merasa was-was bila dia bertamu. Sebab nama baik mereka dipertaruhkan. kadang dia memaksa untuk dikenalkan dengan setiap penghuni rumah yang didatanginya. Kalau cara ini tidak berhasil, dia nekad untuk berkenalan sendiri, dengan sederet kata kunci: ‘nama saya Dewan, Kuliah di Teknik Sipil Brawijaya, angkatan 91/92/93/94 de es te, tergantung situasi. Kalau daunnya muda maka akan bilang angkatan ’95.
Oknum ini adalah mahluk yang sangat easy going untuk hal hura-hura (mudah sekali dipengaruhi).
Pemuda ini sangat gemar menabung, tidak merokok dan taat pada orang tuanya, khususnya takut dengan ibunya. Meski waktu itu dia bisa menjanjikan hidup bahagia untuk calon-calon (dan selalu calon) pacarnya dengan hidup mengandalkan uang beasiswa dari PT PP, akhirnya dia tak kuasa menolak takdir badai krisis ekonomi moneter, politik dan kepercayaan diri. Karena itulah setelah menyelesaikan S1-nya dia kembali pada kegiatan yang sering dilakukannya dulu.....memandu bakat, meski sasarannya sekarang gadis-gadis SMP dan SMA, dengan berkedok ngajar les privat.
Mahluk ini telah menempuh perjalanan panjang yang berliku, yang mungkin tidak akan pernah dilalui orang lain, yaitu S1, D1 dan S2. Dengan berbekal S1, diapun mendaftar ke D1 Komputer hanya untuk melampiaskan dendam karena tidak kesampaian kuliah di Faklultas Ekonomi. Setelah berkontemplasi panjang dan berkeputusan untuk melanjutkan S2-nya. Setelah mengadakan Try Out di ITB dan UI, oknum ini dengan yakin menetapkan pilihannya di Universitas Tarumanagara (UNTAR). Masuk UNTAR hanya dengan alasan dapat hidangan makan malam dan yang paling penting …… bisa jadi putih.
Tapi yang namanya the way of life, harus sama sepanjang jaman. Dan ada satu benang merahnya. Biar lingkungannya S1 atau D1 atau S2 atau penjara sekalipun, wanita itu selalu layak timang. Artinya harus selalu ditebari pesona, apapun wujud tebaran itu, upaya penyiraman harus selalu dilakukan. Karena bagi Ir.Dewantara, yang beralamat di Jl. Kota Bambu Raya 10 Rt/w 08/04 Kel Kota Bambu Selatan Jakarta Barat 11420, wanita itu bagaikan bunga dan Dewan sebagai kumbangnya. Kalau wanita sebagai batu pualam, maka Dewan sebagai pemahatnya. Kalau wanita sebagai sambal, Dewan yang memakannya. Kurangajaaaaaaaaaaarr!!!!
Pesan :
"Saya mohon maaf bila
ada perbuatan ( apapun ) yang pernah saya kerjakan menyakitkan hati
teman-teman. Mohon maaf lahir batin ( lebaran ... kali! he... he... he ..
)"